Matahari Musim Dingin
“SERUNI , ada yang menjenguk,” ucap seorang perawat, membuat seorang gadis berambut pendek urung memasang sebuah potongan pada papan puzzle dan menoleh dalam sekejap. Bangkit dari posisi duduk sila, gadis itu berjalan pelan menuju sumber suara. Bersama-sama mereka keluar dari aula, tempat para pasien bersantai secara soliter atau pun berkumpul untuk bercengkerama. Langkah demi langkah hingga tiba di jembatan penghubung area barat dan timur pusat rehabilitasi. Aula terletak pada bagian barat, sehingga untuk mencapai ruang jenguk siapapun yang melintas pasti harus lewat jembatan ini. Dinding dalamnya berwarna oranye muda, dengan karpet merah sebagai komplemen. Sepanjang jembatan terpasang jendela dengan kusen kayu yang dicat putih. Satu jam sebelum tengah hari. Tak heran bila sinar matahari membasuh hampir seluruh bagian jembatan. Dengan lembut menerpa bagian kulit Seruni yang tak terhalang pakaian pasien. Hangat, namun sedikit membakar. Seruni sedikit heran, sebab orang tuanya berkata...